Langkah kecil itu tak pernah bosan menyapu bumi
Memancing daun kering membalas senyumnya
Ada setumpuk rindu yang menggunung di dasar Egonya
Dia Jadikan tameng penangkis air mata yang belum di pahami
Lonceng sekolah berbunyi adalah isyarat
Bergegas membagi berita yang membosankan
Kepada mereka yang sibuk mengukur jalan pagi itu
Akasia di sudut terotoar membawanya bermimpi
Terbangun di bawah matahari yang membakar Mimpinya
Menyapa saku celana agar di beri receh
Untuk Usus yang mulai rapat
Dia adalah sang penantang hari
Warnanya lebih terang dari Pelangi
Lebih merah dari senja yang menuntunnya kembali
Ke Panti gratis tanpa pengasuh
Ke Kafe meriah tanpa Home teatre
Ke Bioskop tanpa pemutar Video dan tiket mahal
Ke Stadion tanpa pungutan pajak tak jelas
Dia Ke Kolong Jembatan tempatnya menghabiskan mimpi
Karena Esok masih panjang
Untuk menjaga napas agar tetap setia menemani raga.
" Dia berterimaksih karena telah dipelihara oleh negara "